MESAKADA – Satu Kata untuk Memberantas TB

Di balik jalanan berbukit Bonehau yang sunyi, ada sosok perempuan yang setiap harinya membawa harapan dari rumah ke rumah. Namanya Ummi Fitriani Hodja, seorang analis kesehatan sekaligus penanggung jawab Program Tuberculosis (TB) Puskesmas Bonehau. Sejak resmi terangkat sebagai PNS pada tahun 2019, Ummi telah mengabdikan seluruh tenaga dan waktunya untuk satu misi besar: memastikan tidak ada lagi masyarakat Bonehau yang harus berjuang sendiri melawan TB.

Sejak 2019 hingga 2025, kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Bonehau memang fluktuatif, namun tidak pernah benar-benar hilang. Setiap angka kasus bukan sekadar data, tetapi manusia, keluarga, dan harapan yang harus diselamatkan. Karena itu, Ummi bersama tim TB menjalankan berbagai upaya: pelacakan kasus, investigasi kontak, pemantauan minum obat, hingga memastikan pasien yang sempat berhenti berobat kembali melanjutkan pengobatannya.

Namun Ummi tidak berhenti pada rutinitas program. Ia menghadirkan sebuah inovasi yang mengubah banyak hal: MESAKADA.
“Me” mengunjungi pasien,
“Sa” sampai,
“Ka” kaji gejala,
“Da” dan obati sampai sembuh.

Dalam bahasa daerah Bonehau, mesakada berarti satu kata. Satu kata itulah yang menjadi komitmen bersama: satu kata untuk berantas TB.

MESAKADA terintegrasi dengan inovasi besar Puskesmas Bonehau, yaitu MARASA, dan terbukti membawa hasil nyata. Jika pada tahun 2024 tercatat 15 kasus TB, pada 2025 angkanya menurun menjadi 10 kasus. Penurunan ini lahir dari kerja keras yang tidak terlihat—dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah—yang dilakukan Ummi bersama perawat dan apoteker.

Bagi masyarakat Bonehau, terutama pasien TB, Ummi bukan hanya petugas kesehatan. Ia adalah pengawas, penguat semangat, bahkan keluarga kedua. Seorang suami pasien bercerita dengan mata berbinar, “Alhamdulillah ummi selalu datang, selalu kontrol. Istri saya sembuh total setelah enam bulan, karena Ummi tidak pernah berhenti mendampingi.”

Baca Juga : menjemput-waras-mengembalikan-martabat/

Kesaksian lain datang dari warga Salutiwo. Dahulu ada pasien yang bahkan sulit berdiri, tetapi kini sudah bisa berjalan kembali. “Semua berkat ketekunan Ummi,” ujar mereka. “Kami berharap kepada pemerintah, mohon Ummi tetap bertugas di Bonehau. Kreatif sekali menjaga pasiennya.”

Bagi Ummi, kunjungan itu bukan sekadar tugas. Ia selalu memastikan setiap pasien mendapatkan obat tepat waktu, memantau gejala baru, menjawab kekhawatiran keluarga, hingga memastikan pasien benar-benar sembuh. Bahkan ketika pasien sudah sehat, Ummi tetap hadir jika mereka merasakan gejala apa pun.

Di tengah medan yang menantang dan jarak yang jauh, tekad Ummi justru semakin kuat. “Selama masih bisa, saya akan terus mendatangi mereka,” begitu katanya dengan senyum tulus yang menjadi kekuatan bagi banyak pasien.

MESAKADA bukan hanya inovasi.
Ia adalah wujud kasih, perjuangan, dan dedikasi.
Dan Ummi Fitriani Hodja adalah bukti bahwa satu orang, dengan satu kata kesungguhan, bisa mengubah banyak kehidupan di Bonehau.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *