
Di balik setiap senyum yang kembali merekah, ada cerita perjuangan yang jarang terlihat.
Di balik nafas yang pernah tersengal, ada kisah panjang yang tak selalu terdengar. Tuberculosis atau TB bukan sekadar batuk berkepanjangan dan deretan obat yang harus ditelan setiap hari. Ia adalah perjalanan batin yang penuh rasa takut, stigma, dan kesunyian. Sebuah jalan sunyi yang kerap dilalui para pasien, diam-diam berharap ada seseorang yang peduli, seseorang yang mau mendengarkan, dan seseorang yang bersedia menuntun hingga mereka kembali sehat.
Namun di tengah sunyi itu, berdirilah para pejuang yang kerap terlupakan dari cerita besar pelayanan kesehatan: para pengelola program TB. Mereka yang tanpa ragu mengetuk pintu rumah satu per satu, berjalan melintasi lorong-lorong sempit, menembus hujan, mendaki bukit, bahkan menyeberangi jalan berlumpur demi satu tujuan—menyakinkan setiap pasien bahwa mereka tidak pernah sendirian.
Mereka memahami rasa takut yang tersimpan, kebingungan yang tidak terucap, dan kekhawatiran keluarga yang sering terpendam. Namun di tengah semua kerumitan itu, mereka tetap memastikan satu hal: obat tidak boleh putus, semangat tidak boleh padam, dan harapan harus terus menyala.
Setiap hari mereka membawa lebih dari sekadar obat. Mereka membawa keberanian, kesabaran, dan kehangatan, sesuatu yang membuat pasien merasa dihargai, didengar, dan ditemukan. Mereka hadir bukan hanya sebagai petugas kesehatan, tetapi sebagai pelindung, penguat, kadang bahkan sahabat bagi mereka yang sedang berjuang melawan TB.
Ini adalah bentuk penghargaan bagi mereka—para penjemput asa yang bekerja dalam diam, para pejuang TB yang mungkin tidak pernah tampil di panggung publik, tetapi selalu hadir di garis depan, mewakili harapan masyarakat untuk mewujudkan Indonesia bebas Tuberculosis.
Dan di antara para pejuang itu, ada satu nama yang tak pernah absen memberikan dedikasi: Ibu Ratna atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kak Atok.
Sosok yang dikenal ramah, penuh perhatian, dan tidak pernah mengenal kata menyerah. Selama bertugas di UPTD Puskesmas Rangas, kinerjanya telah memberi warna besar pada capaian program TB. Setiap tahun, grafik keberhasilan program meningkat—bukan karena keberuntungan, tetapi karena kerja keras yang tidak terlihat mata.
Baca Juga : mesakada-satu-kata-untuk-memberantas-tb/
Ada banyak langkah sunyi yang tak pernah ia ceritakan.
Ada banyak rasa lelah yang tak pernah ia tunjukkan.
Tetapi setiap peluh yang jatuh, setiap waktu yang ia sisihkan, dan setiap kesabaran yang ia tanamkan telah menjadi manfaat besar bagi masyarakat Kabupaten Mamuju, khususnya wilayah kerja Kecamatan Simboro. Untuk semua itu, kami ucapkan terima kasih yang tidak terukur.
Semoga setiap lelah yang pernah hadir menjadi saksi perjalanan kebaikan.
Semoga setiap kebaikan yang Kak Atok berikan menjadi amal jariyah yang tidak pernah putus.
Dan semoga semangat itu terus hidup—menjadi inspirasi bagi kita semua.
TB dapat dicegah. TB dapat diobati. TB dapat disembuhkan. Cegah dengan TPT. Temukan, Obati, Sampai Sembuh—TOSS TB untuk Indonesia yang lebih sehat.
Inilah cerita mereka.
Inilah perjuangan yang ingin kami suarakan.
Sebuah persembahan bagi para pahlawan TB—yang setiap hari, tanpa lelah,
menjemput asa dan mengembalikan harapan bagi begitu banyak kehidupan.
